Piala Dunia 2022

Presiden FIFA Bela Qatar, Hugo Lloris dan Aguero Juga

KABARKALIMANTAN1, Doha – Suara sumbang terkait gelaran Piala Dunia 2022 di Qatar terus terdengar hingga jelang kick off. Rata-rata berkaitan pemilihan Qatar yang dinilai dipaksakan, serta waktu gelaran yang tidak tepat.

Lazimnya Piala Dunia digelar di musim panas, atau pertengahan tahun. Di Qatar, justru dimainkan di musim dingin. Itulah yang dilontarkan para pelaku sepakbola.

Kritik juga datang dari para pegiat hak asasi manusia (HAM) dan komunitas serta simpatisan Lesbian, Gay, Biseks, dan Transgender (LGBT). Ironisnya, sebagian petinggi FIFA dan UEFA mendukung kampanye LGBT.

Beberapa klub top serta pemainnya juga mendukung. Sebut saja Chelsea, Manchester United, Manchester City, Arsenal, Tottenham Hotspur, dll. Hanya Real Madrid dan Barcelona menolak.

Presiden FIFA Gianni Infantino sendiri membela Qatar habis-habisan. Infantino melontarkan pembelaan terhadap Qatar hanya satu hari jelang kick off Piala Dunia 2022.

Pria asal Italia itu mengecam kritikan pedas yang ditujukan terhadap Qatar dari Eropa. “Apa yang orang Eropa lakukan selama 3000 tahun terakhir? Kami harus meminta maaf selama 3000 ke depan sebelum memberikan pelajaran moral,” ujarnya dalam monolog selama satu jam saat konferensi pers di Doha, Qatar, Sabtu (19/11/2022).

“Reformasi dan perubahan membutuhkan waktu. Untuk perbaikan Eropa perlu ratusan tahun. Kini, satu-satunya cara untuk mendapatkan hasil adalah dengan melibatkan, bukan dengan berteriak,” tambahnya.

Infantino lantas bicara bisnis. Keuntungan FIFA dari Piala Dunia 2022 Qatar, tak sebesar perusahaan-perusahaan dari Eropa yang berbisnis di Qatar. “Lalu, berapa banyak dari mereka yang telah menangani hak-hak pekerja migran? Tidak satu pun,” ucapnya.

“Saya tidak harus membela Qatar. Mereka bisa membela diri. Saya membela sepak bola di sini dan ketidak-adilan.”

Infantino tak memungkiri gelaran Piala Dunia 2022 di Qatar takkan sempurna. Namun ia juga menegaskan beberapa kritik yang datang sangat tidak adil. Ia balik menuduh Eropa atau Barat memakai standar ganda.

Saling Hormati 

Dari kalangan pemain dan mantan pemain, ada juga pembelaan. Mantan striker Argentina, Sergio Aguero lewat TyC Sports, meminta para kritikus Piala Dunia 2022 untuk menghormati Qatar sebagai tuan rumah.

“Soal alkohol serta LGBT, itu tidak boleh menjadi bahan pembicaraan.  Itu sama sekali tidak menghormati budaya negara lain. Contoh Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, itu kemajuan. Ada perbedaan budaya, tapi kita harus saling menghormati. Tak ada yang sempurna,” papar Aguero yang tampil di Piala Dunia 2010, 2014, dan 2018.

Kiper sekaligus kapten Prancis, Hugo Lloris, pun menolak mengenakan ban kapten bermotif pelangi selama Piala Dunia 2022. Itu dilakukannya demi menghormati nilai-nilai yang dianut tuan rumah.

Qatar diketahui tak mendukung LGBT dan bahkan menganggap hal itu sebagai perbuatan kriminal. Beda prinsip, sejumlah negara peserta Piala Dunia dari Eropa tetap membela kaum LGBT dengan cara mengenakan ban kapten pelangi.

“Saat kami menyambut turis asing di Prancis, kami ingin mereka mengikuti aturan dan menghormati budaya kami. Saya akan melakukan hal yang sama saat berada di Qatar. Saya tahu sikap FIFA dan FFF (pro LGBT-Red), tapi saya harus menunjukkan rasa hormat,” sambungnya.

Presiden Federasi Sepakbola Prancis (FFF), Noel Le Graet, sempat menyentil Lloris. Kapten Les Bleus itu tak patut melanggar ketentuan FIFA dan jangan menjadi polisi moral. Lloris berkilah, kewajiban menyuarakan isu LGBT seharusnya TIDAK dibebankan ke pemain.

“Kalian harus memahami, pemain menanti kesempatan yang hanya hadir 4 tahun sekali. Kami ingin sukses, fokus di lapangan. Sisanya urusan politisi. Kami hanya atlet,” tutup Lloris.

Beda Inggris dengan Spanyol

Jurnalis senior asal Inggris, Piers Morgan, yang wawancaranya dengan Cristiano Ronaldo viral, berpendapat, “Pesepak bola Muslim tak harus dipaksa memakai atribut LGBT. Saya memahami mengapa gelandang Paris Saint-Germain (PSG), Idrissa Gueye menolaknya.”

Eric Arassus, Presiden Federasi Olahraga LGBT, lantas meminta polisi memberi sanksi Gueye. “Dia pemain hebat, tapi agama tidak menjadi bagian dalam olahraga,” kata Eric Arrascus.

Pembenci LGBT di seluruh dunia sangat banyak. Meski mayoritas dari kalangan Muslim, ada pula non-Muslin yang anti-LGBT. Contohnya Presiden Rusia, Vladimir Putih, dan petinju dunia asal Filipina, Manny Pacquiao.

Real Madrid menolak kampanye LGBT. “Kegiatan komunitas LGBT adalah sesuatu yang sangat terlarang dan dijauhi oleh msyarakat di negara timur. Fans kami banyak dari sana. Kami menghormati mereka,” ujar pernyataan resmi El Real, yang segera diancam sanksi oleh Uni Eropa, bukan otoritas bolanya, UEFA.

Klub besar Spanyol lainnya, Barcelona, juga tak memakai ban kapten pelangi. Sedangkan Bayern Munchen dan hampir semua klub Liga Inggris memilih memakai, tanda mereka mendukung gerakan LGBT.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top