Penduduk Miskin di Kalimantan Utara Turun Menjadi 47,9 Ribu Jiwa

KABAR KALIMANTAN1, Tanjung Selor – Jumlah penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pada Maret 2023 turun menjadi sebesar 47.970 jiwa (6,45 persen), atau berkurang 2,6 ribu jiwa dibanding kondisi September 2022 sebesar 50,58 ribu jiwa (6,86 persen).

“Jumlah penduduk miskin Kaltara secara secara persentase menurun 0,41 persen poin dan secara absolut berkurang 2,6 ribu jiwa,” kata Kepala BPS Kaltara, Mas’ud Rifai di Tanjung Selor, Senin (17/7).

Ia melanjutkan, jumlah penduduk miskin daerah perkotaan mengalami penurunan baik secara absolut maupun persentase, begitu juga dengan penduduk miskin daerah pedesaan mengalami penurunan secara absolut maupun persentase.

Selama periode September 2022 sampai Maret 2023, penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 1,6 ribu jiwa dari 26,38 ribu orang pada September 2022 menjadi 24,75 ribu orang pada Maret 2023 atau secara persentase turun sebesar 0,40 persen dari 5,58 persen menjadi 5,18 persen.

Adapun penduduk miskin di daerah perdesaan mengalami penurunan sebanyak 1,0 ribu jiwa dari 24,20 ribu orang pada September 2022 menjadi 23,22 ribu orang pada Maret 2023. Atau secara persentase turun 0,41 persen dari 9,15 persen menjadi 8,74 persen.

“Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan lebih sedikit dibanding di daerah perkotaan,” ujar dia.

Meskipun begitu, persentase penduduk miskin yang berada di daerah perdesaan pada Maret 2023 sebesar 8,74 persen, sedangkan di daerah perkotaan sebesar 5,18 persen. Pola ini sama dengan kondisi September 2022 persentase penduduk miskin di perkotaan 5,58 persen sedangkan di perdesaan lebih tinggi 9,15 persen.

Mas’ud Rifai mengatakan, besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan (GK), karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

Selama September 2022 sampai Maret 2023, garis kemiskinan naik sebesar 1,91 persen, yaitu dari Rp802.566 per kapita per bulan pada September 2022 menjadi Rp817.876 per kapita per bulan pada Maret 2023.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).

Pada Maret 2023, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 73,27 persen. Sedangkan sumbangan GKNM terhadap GK adalah sebesar 26,73 persen.

Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih besar dibandingkan di daerah perdesaan dengan rincian, pada Maret 2023 garis kemiskinan di daerah perkotaan sebesar Rp851.133 sedangkan di daerah perdesaan sebesar Rp765.597.

“Hal ini menggambarkan bahwa pemenuhan kebutuhan hidup di daerah perkotaan lebih mahal dibandingkan dengan daerah perdesaan,” ujar Mas’ud. (ANT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *