Indonesia

Liga Dihentikan Efek Kanjuruhan, Siap-siap Pengangguran Massal

KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Suara klub terpecah terkait penghentian Liga 1 2022/2023 secara sementara hingga waktu yang tidak ditentukan, sebagai imbas dari tragedi Kanjuruhan. Kabar terakhir, penghentian bersifat permanen. Ada yang mendukung, ada yang menolak. Pengangguran massal mulai terbayang.

Kelangsungan pelaksanaan kompetisi sepak bola Indonesia yang ada di bawah PSSI termasuk Liga 1 saat ini berada di tangan Presiden Joko Widodo. Hal tersebut terkait dengan hasil rapat Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan yang diumumkan Menko Polhukam Mahfud MD pada Selasa (4/10) malam.

Sejumlah klub Liga 1 mendukung langkkah itu. Presiden Persija Jakarta, Mohamad Prapanca, mengatakan pihaknya mendukung agar tim pencari fakta bisa bekerja maksimal. “Kita negara hukum. Kita ikuti aturan. Tim investigasi pencari fakta sedang bekerja,” ucap Prapanca, Rabu (5/10).

“Kami masih berduka mas. Mengenai status kompetisi kita tunggu hasil dari TGIPF dan federasi,” komentar manajer Persita, Nyoman Suryanthara. “Hentikan Kompetisi, sampai ada statement resmi FIFA,” tulis Achsanul Qosasi, dikutip dari Twitter miliknya.

Selain itu, klub yang berkompetisi di Liga 2 salah satunya FC Bekasi City juga mendukung sepenuhnya langkah-langkah yang ditentukan oleh pihak terkait.

“Kami ikut berduka atas tragedi di Kanjuruhan dan sebagai tanda empati kami mendukung penundaan liga ini dan berharap dapat diusut tuntas demi perbaikan sepak bola Indonesia. Kami mendukung sepenuhnya langkah-langkah PSSI, PT LIB serta pihak terkait lainnya,” kata COO FC Bekasi City, Wafa Amri.

Suara Berbeda

Suara berbeda dilontarkan Sekretaris Tim Borneo FC Samarinda, Farid Abubakar, menyatakan jika penghentian liga dampaknya sangat merugikan semua pihak. Baik secara finansial bagi klub, pemain, pelatih, dan pekerja di lingkungan bola lain, termasuk sektor informal.

“Kejadian hanya ada di satu tim, semua harus menanggung akibatnya. Terlebih kalau bicara prestasi. Tentunya kami sangat kecewa dengan keputusan penghentian liga, Borneo sedang bagus saat ini,” kata Farid.

Namun demikian, manajemen tentu turut berbela sungkawa atas peristiwa tersebut. Semoha tragedi dengan korban jiwa ini jadi yang terakhir di sepakbola Indonesia,” lanjut Farid.

Rabu malam, seorang pengelola klub Liga 1 sempat berkomunikasi dengan redaksi, namun ia tak mau namanya ditulis.

“Semua klub, bahkan yang tak ada kaitannya dengan bola, tentu turut berduka cita atas Tragedi Kanjuruhan. Tapi menghentikan liga terlalu berlebihan. Analoginya, ambil contoh ada gempa di provinsi X dengan korban tewas 130 orang penyanyi yang sedang konser. Lalu apakah di seluruh Indonesia nggak boleh ada konser?” ujar sumber tersebut.

Pengangguran Massal

“Kalau menurut saya, liga harus tetap dilaksanakan. Bisa tanpa penonton seperti Kualifikasi U17, atau dengan penonton terbatas, misalkan 1000 orang saja agar klub tetap dapat pemasukan dan sponsor tak terlalu kecewa. Itu jalan tengah terbaik,” ujar Okto Maniani, eks pemain nasional asal Papua dalam sebuah talkshow bersama redaksi, Rabu sore.

Okto tak ingin ada pengangguran massal di sepak bola. “Ini pernah terjadi, parah sekali. Anak istri dan keluarga lain tetap perlu makan. Para pengambil kebijakan enak saja bilang stop liga. Mereka tetap gajian, beda dengan pelaku bola,” sambung Okto.

Sementara itu, manajer Perserang Serang Babay Karnawi meminta PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk memberikan kepastian mengenai kelanjutan kompetisi.

“Pusing kepala saya. Sebelumnya LIB umumkan stop 2 pekan. Kalau diperpanjang ya pusing juga. Sekarang tim kami masih melanjutkan latihan, tak diliburkan,” ucap Babay. “Terus lanjut tanpa penonton juga tidak masalah, asal pasti. Karena kalau keputusannya tidak jelas, yang rugi klub,” kata Babay menambahkan.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top