KABAR KALIMANTAN1, Sampit – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah memanfaatkan Aplikasi Silaras atau Sistem Laporan Raport Dapur Sehat Atasi Stunting sebagai salah satu strategi dalam percepatan penurunan stunting.
“Kotim telah meluncurkan Aplikasi Silaras dalam rangka penanganan stunting di Kotim. Karena berdasarkan data pusat angka stunting di wilayah kita masih cukup tinggi, yaitu 35,5 persen,” kata Bupati Kotim Halikinnor di Sampit, Senin (23/6).
Halikinnor menjelaskan, percepatan penurunan stunting masih menjadi salah satu prioritas pemerintah daerah karena dampaknya yang sangat signifikan terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM).
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 angka stunting di Kotim 35,5 persen. Hal ini menempatkan Kotim sebagai kabupaten dengan angka stunting tertinggi di Kalimantan Tengah.
Meskipun data tersebut berbeda dengan hasil perhitungan internal yang menunjukkan penurunan signifikan angka stunting Kotim, yakni sebesar 22 persen, namun data dari pusat itu tetap menjadi atensi pemerintah daerah dalam upaya percepatan penurunan stunting.
Kemudian, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, jumlah balita pendek atau stunting di Kotim sebanyak 2.543 anak atau 19,61 persen dari total 12.966 balita yang diukur pada bulan timbang Desember tahun 2024.
Adapun, hingga saat ini pemerintah pusat belum merilis data sunting Kotim untuk 2024, namun informasi sementara pada data pemerintah pusat pun angka stunting Kotim telah turun menjadi 25 persen.
Pelaksana Tugas DP3AP2KB Kotim Umar Kaderi menerangkan, Silaras adalah aplikasi untuk pelaporan Dahsat yang dikelola dinas setempat, sehingga diharapkan kedepannya pelaporan bisa lebih cepat dan akurat.
“Selama ini pelaporan tersebut masih menggunakan sistem manual, sekarang kita mulai menggunakan aplikasi, jadi setiap kegiatan Dahsat di lapangan akan dientri oleh korlap ke aplikasi tersebut,” ujarnya.
Umar optimistis aplikasi ini bisa diterapkan dengan baik di Kotim, meskipun di beberapa desa masih terkendala tidak adanya sinyal, tetapi hal tersebut masih bisa diatasi dengan cara membuat data manual kemudian data itu diunggah ketika berada di lokasi yang terjangkau sinyal.
“Contohnya di Dinas Kesehatan, untuk pustu-pustu juga melakukan pelaporan melalui aplikasi, jadi untuk mereka yang berada di wilayah blankspot akan membuat laporan manual dulu kemudian ketika di tempat yang ada sinyal baru data itu diunggah dan sejauh ini cara itu bisa dijalankan,” demikian Umar.
Sumber: ANTARA
