Nasional

Kenyang Dihapus, Kini Berlomba Bikin Lomba Mural

KABAR KALIMANTAN 1, Jakarta – Seniman mural sudah kenyang menghadapi kenyataan, lukisan mereka di tembok, dihapus aparat. Ironis, kini DPR dan Polri seperti berlomba menggelar lomba mural.

Sebelumnya sempat viral, sejumlah mural bernuansa kritik dihapus oleh aparat. Mereka berdalih mural itu dianggap melanggar ketertiban umum.

Contohnya, mural bergambar wajah mirip Presiden Jokowi, namun pada bagian matanya ditutupi dengan tulisan 404: Not Found, lokasi di Batuceper, Tangerang. Ada pula mural bertuliskan ‘Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.

Kini DPR pun akan menggelar lomba mural. Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra, Habiburokhman, mengajak
masyarakat di daerah pemilihannya (Dapil), untuk mengikuti lomba mural yang ia gelar.

“Rencananya lomba itu akan digelar di tempat-tempat yang sudah mendapatkan izin. Lomba ini untuk mendukung langkah Polri yang hendak menggelar festival lomba mural memperebutkan Piala Kapolri,” kata Habiburokhman di Kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (17/8).

Habiburokhman tak merinci kapan dan bagaimana mekanisme rencana pelaksanaan lomba mural yang akan digelarnya itu. Ia sendiri terpilih ke DPR dari Dapil I Jakarta Timur.

“Boleh membuat mural, misal di rumah sendiri. Atau di sebuah tempat yang anggota masyarakat tak keberatan dengan adanya mural tersebut. Itu kan permanen pakai cat. Kita tahu masyarakat kita kan beragam. Begitu juga aspirasi politiknya,” kata dia.

Sebelumnya, Mabes Polri membenarkan pihaknya akan menggelar lomba mural berhadiah Piala Kapolri. Namun soal maksud atau tujuan lomba mural tersebut, tak disebutkan. Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Ahmad Ramadhan, hanya mengkonfirmasi acara itu.

Ditolak Seniman

Sejumlah seniman menilai lomba tersebut sia-sia dan sama sekali tak menunjukkan sikap pemerintah terbuka terhadap kritik.

“Saya tidak ikut. Menurut saya Polri adalah lembaga terburuk bersama DPR. Kegiatan itu tak berkontribusi pada perbaikan lembaga, jadi sia-sia mengikutinya,” kata Andrew, seniman Anti-Tank Project.

“Jelas saya enggak akan ikut, posisinya beda. Lomba itu tidak sesuai kompetensi saya , malah akhirnya menjatuhkan nilai dan sikap saya dalam karya selama ini, enggak sesuai dengan prinsip,” komentar Anagard, rekan Andrew.

Presiden Jokowi sendiri sudah menegur Kapolri terkait tindakan reaktif aparat terhadap pelaku mural berisi kritik ke pemerintah.

“Saya sudah tegur Kapolri soal ini,” ujar Jokowi dalam pertemuan dengan sejumlah pemimpin redaksi media di Istana Kepresidenan pada Rabu (15/9).

Jokowi juga mengaku tidak mengetahui perihal penangkapan, termasuk juga soal penghapusan mural. Namun dari informasi yang ia terima, tindakan represif itu merupakan inisiatif petugas di lapangan.

“Kapolri mengatakan itu bukan kebijakan kita, tapi Kapolres. Dari Kapolres juga menyatakan bukan kebijakan mereka, tapi di Polsek,” tambahnya.

Jokowi lantas menegaskan ia tidak alergi terhadap kritik seperti yang dituduhkan.
Ia terbuka terhadap kritik.

Buktinya, ujar Jokowi, ia sampai mengundang Suroto ke Istana. Suroto adalah peternak yang membentangkan spanduk protes ke iring-iringan Presiden saat berkunjung ke Blitar pada Selasa (7/9/2021).

Kala itu Suroto langsung diamankan polisi, lalu viral di medsos. Poster yang ia bentangkan itu bertuliskan, “Pak Jokowi Bantu Peternak Beli Jagung dengan Harga Wajar.”

Sebuah pesan sederhana dari rakyat, yang disikapi secara lebay oleh aparat.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top
error: Content is protected !!