Indonesia

In Memoriam Aris Rinaldie, Dari Muara Teweh Hingga Lawan AC Milan

KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Kabar duka diterima masyarakat sepak bola Indonesia. Kiper legenda Persib, Aris Rinaldie, dipanggil Sang Khalik, pada Senin (17/7/2023) di RS Koja, Jakarta Utara.

Pria kelahiran Muara Teweh (Kalteng) itu sempat bermain bola bersama para mantan pemain di Jakarta International Stadium (JIS), hingga dilarikan ke rumah sakit karena sesak nafas.

“Benar, Mas. Bang Aris kena serangan jantung lagi. Sekarang dibawa ke RS Sakit Koja. Terima kasih atas dukungan dan doanya,” ujar Nenny Simbolon, istri yang setia menemani, saat dimintai konfirmasi redaksi Minggu (16/7).

Hampir di semua grup media sosial di jalur sepak bola, hari ini mayoritas diisi ucapan duka cita atas wafatnya Aris dari para mantan pemain nasional seperti Rahmad Darmawan, Herry Kiswanto, Maman Suryaman, Nuralim, Edy Harto, Robby Darwis, Yudo Hadianto dan banyak lagi.

Aris Rinaldie dan Edy Harto (kacamata), legenda bola Indonesia.

Aris memang pernah mengalami serangan jantung. “Saya sudah pasang 2 ring, Mas. Tapi olah raga harus tetap rutin, meski intensitasnya agak diturunkan,” ujar Aris kepada redaksi KabarKalimantan1 saat bermain bola bersama tim IFF (Indonesia Football Forever) di Cijantung, belum lama ini.

Keterlibatan Aris di pentas sepak bola nasional paling akhir adalah Persik Kediri. Ia sempat menjadi pelatih kiper tim Macan Putih, namun ikut mengundurkan diri sebagai bentuk solidaritas saat pelatih kepala dipecat klub.

Saat ini Aries juga masih tercatat sebagai staf Anggota Komite Eksekutif Asosiasi Sepak Bola Wanita Indonesia di bawah Exco Hatir Tarigan. Ia ikut mewarnai ASBWI yang dipimpin tokoh Kalteng, H Nadalsyah itu.

Sebelum rombongan pengurus bola asal Kalteng mengelola ASBWI, Aries pula yang ikut menjembatani mereka dalam melahirkan Gerakan Sepak Bola Wanita Indonesia (GSWI). Selain di sepak bola, Aries juga tengah aktif terlibat di dunia perjalanan umroh dan haji.

Kiper Persib

Meski lahir di Muara Teweh Kalteng dan serius terjun di sepakbola di Sumatera Utara hingga dianggap sebagai orang Medan, Aris justru berkibar bersama bendera Persib Bandung. Bahasa Sunda-nya pun lancar.

Awal naiknya karier Aris saat ia masuk PPLP Medan. Ia lantas memperkuat PSDS Deli Serdang, lalu menyeberang ke tim tetangga yang lebih tenar, PSMS Medan. Keputusannya menerima pinangan Persib ia akui lebih sebagai akibat seriusnya pengurus Maung Bandung yang terus merayunya sejak 1992.

Aris masuk dalam skuad Persib menghadapi musim 1993/1994. Namun, ia harus menunggu lama untuk mendapatkan menit bermain karena statusnya hanya kiper ketiga di belakang Gatot Prasetyo dan Samai Setiadi.

Selama kurun waktu 6 bulan pertama, Aris hanya duduk di bangku cadangan atau di tribun penonton. “Istilah zaman itu adalah pemain tim doa, karena hanya duduk manis menyaksikan rekan-rekan bertanding,” terang Aris.

Seiring dengan berjalannnya kompetisi, Aris pun mulai sering di plot sebagai kiper kedua dan diikutkan pada laga tandang Persib. Ketika itu, ia berperan sebagai pelapis Samai yang diplot sebagai kiper utama.

Aris tak patah arang. Kesempatan dimainkan oleh Indra Thohir, pelatih Persib, akhirnya tiba ketika tim menjamu Persija Jakarta di Stadion Siliwangi, Bandung. Aries yang tak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Indra. Pada laga itu, Persib menang telak 3-0 atas Persija. Ia banyak melakukan save, dan hanya sekali berbuat salah.

Sukses Persib meraih trofi juara Perserikatan edisi terakhir pada 1993/1994 tak lepas dari peran penting Aris. Aksi ciamiknya yang dikenang bobotoh ketika menjadi pahlawan dalam drama adu penalti menghadapi Persija pada babak semifinal di Stadion Utama Senayan (15/4/1994).

Aries 2 kali menepis tendangan penalti lawan. Persib akhirnya lolos ke final setelah memenangi adu penalti itu dengan skor 5-4. Di final Persib akhirnya juara setelah mengalahkan juara bertahan PSM Makassar dengan skor 2-0 (17/4/1994).

“Keputusan saya pindah ke Bandung ternyata tidak salah. Di Persib saya meraih banyak gelar juara, meski awalnya hanya jadi kiper ketiga. Dulu sempat mikir juga, sebab saya tak otomatis jadi bagian dari skuad Persib. Hanya masuk PS Pemda, klub anggota Persib. Itulah, hasil takkan mengkhianati usaha,” ungkap Aris suatu kali.

Lawan AC Milan

Pengalaman yang paling kenang saat Persib menjadi juara perserikatan terakhir, dan juara musim pertama Liga Indonesia (penggabungan kompetisi amatir dan semi pro). Selain itu, ia bersama Persib sempat menjajal AC Milan dalam laga persahabatan di Stadion Utama Senayan.

Kala itu AC Milan diperkuat pemain termahal di dunia Gianluigi Lentini, juga Carlo Ancelotti, Dejan Savicevic dan banyak lagi. Persib kalah 0-7. “Akhirnya tak hanya melihat mereka di televisi saja, bisa main bersama. Tapi tendangan mereka gila. Serasa menangkap angin!” ungkap Aris saat itu saat satu bis dengan redaksi, sesusai laga.

Kenangan itu memang indah. Tapi kehidupan di alam lain tak kalah indah. Tentu sesuai amal di dunia. Selamat jalan, sahabat. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa dan melipat-gandakan pahala.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top
error: Content is protected !!