KABAR KALIMANTAN 1, Jakarta –– Menduduki peringkat 4 bursa Ketua Umum PBNU versi survei Indostrategic, Gus Baha diyakini bisa memulihkan citra organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut.
Dalam survei Indostrategic, kiai muda dengan nama asli KH Bahaudin Nursalim itu, memperoleh 12,4 persen suara dukungan.
Ulama yang sedang naik daun di media sosial itu sangat digandrungi kawula muda, bahkan dari luar NU. Hal ini jadi keunggulan Gus Baha, yang tak dimiliki tokoh NU lainnya saat ini.
“Disukai orang non-NU, ya cuma almarhum Gus Dur dan KH Hasyim Muzadi. Yang terkini, ya Gus Baha. Beliau bisa memulihkan citra NU yang dianggap merosot selepas kepemimpinan Kiai Hasyim,” jelas Moh. Subeki, warga NU asal Blora.
Menurut Subeki, sosok Gus Baha yang low profile, tidak gila harta dan jabatan, sangat dibutuhkan NU. Maklum, di era Presiden Joko Widodo, beberapa kader NU yang masuk dalam gerbong pemerintah, kerap menunjukkan sikap-sikap negatif.
Survei Indostrategic mendapat hasil mengejutkan, saat Ketum PBNU terkini berada di posisi ke-3. Ketua Pengurus Wilayah NU Jawa Timur, Marzuki Mustamar, mendapatkan dukungan tertinggi sekitar 24,7 persen.
Posisi ke-2 diduduki Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, Hasan Mutawakkil Alallah, dengan raihan 22,2 persen. Sementara Said Aqil selaku petahana duduk di urutan ke-3 dengan 14,8 persen.
Setelah Gus Baha di posisi ke-4, Ada nama Katib Aam PBNU sekaligus kakak kandung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Benar, Yahya Cholil Staquf di posisi ke-5 dengan raihan 3,7 persen dukungan.
Diminta Legowo
Di tempat terpisah, Said Aqil diminta mencontoh sikap mendiang KH Hasyim Muzadi (Ketum PBNU sebelum Said),
yang memberikan kesempatan bagi kader-kader NU lebih muda sebagai bentuk dukungan spirit regenerasi.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor), Muhammad Haerul Amri. Menurutnya, regenerasi adalah kebutuhan zaman.
“Meski dalam anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) NU tak ada larangan masa jabatan, namun demi kaderisasi dan kebutuhan zaman, Kiai Said lebih baik memberikan ruang yang luas kepada kader di bawah layaknya yang dilakukan Kiai Hasyim Muzadi,” kata Amri, Selasa (12/10/2021).
Hasyim Muzadi yang memimpin NU dalam kurun waktu 1999-2010 telah mencetak banyak kader andal. Salah satunya Said Aqil sendiri. Said lantas menggantikan posisi Hasyim sebagai Ketum sejak 2010 hingga sekarang.
Amri menceritakan, pada Muktamar ke-32 NU 2010 di Makassar, Hasyim tak bersedia dicalonkan lagi. Salah satu alasannya, untuk memberi ruang kepada kader-kader muda untuk memimpin.
“Beliau ingin menghargai sistem kaderisasi yang telah dibangun dengan baik di NU,” katanya.
Bukankah Gus Dur [Abdurrahman Wahid] menjabat hingga tiga periode? Menurut Amri, itu tidak bisa disamakan begitu saja. Situasi dan tantangan yang dihadapi NU kala itu berbeda dengan sekarang.
Gus Dur tercatat menjabat sebagai Ketum PBNU selama tiga periode yakni sejak 1984 hingga 1999.
Muktamar NU ke-34 akan dihelat pada 23-25 Desember 2021 di Lampung. Diharapkan agar acara berlangsung lancar dan jujur, tanpa diwarnai tekanan atau iming-iming materi dan/atau jabatan.
