KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Koalisi Perubahan yang akan dideklarasikan Partai Nasdem, Partai Demokrat (PD), dan PKS, merupakan tiga poros berbeda pada Pilgub DKI Jakarta 2017. Tapi dalam politik, kepentingan bersama bisa menyatukan segala perbedaan.
Ke-3 partai itu disebut hanya tinggal menunggu waktu untuk mendeklarasikan poros kekuatan politik baru dalam Pilpres 2024. Sebelumnya sudah ada 2 koalosi, yakni Koalisi Indonesia Bangkit (KIB) yang diusung Partai Golkar, PAN, dan PPP, serta koalisi Partai Gerindra dengan PKB.
Menjelang perhelatan Pilpres 2024, Partai Nasdem memutuskan mangusung Anies Baswedan di Pilpres 2024 sebagai Capres. Anies dibebaskan Partai Nasdem untuk memilih bakal cawapres pendamping dalam Pilpres 2024. Koalisi Perubahan belum menemukan kata sepakat dalam hal Cawapres.
Mencari Cawapres Anies, ke-3 partai menggelar pertemuan pada Selasa (25/10). Pertemuan digelar di kediaman Anies Baswedan. Hadir di pertemuan tersebut yakni Anies Baswedan, Sugeng Suparwoto, Willy Aditya, M. Sohibul Iman, Pipin Sofian, M. Kholid, Iftitah. Benny K Harman, dan Sudirman Said. AHY kemudian menyusul.
Ketua DPP Nasdem Willy Aditya mengatakan pertemuan tim kecil ini melanjutkan pembicaraan soal pematangan koalisi. Menurutnya, pembahasan tim kecil sudah pada tahap pendalaman kriteria dan mekanisme penentuan cawapres yang mendampingi Anies.
Sehari setelahnya, AHY dan Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, melakukan pertemuan. Wacana Koalisi Perubahan disebut tinggal menunggu waktu. “Soal kapan untuk deklarasinya, hari cari baik bulan baik. Cawapres, belum,” kata Paloh seusai pertemuan dengan AHY di Wisma Nusantara, Jakarta, Rabu (26/10).
Koalisi Perubahan mempunyai tim kecil untuk mematangkan konsep kerja sama dan sempat bertemu pada Jumat (21/10). Dalam pertemuan ini, Partai Nasdem diwakili oleh Ketua DPP Willy Aditya dan Sugeng Suparwoto.
PKS diwakili oleh Wakil Ketua Majelis Syuro Mohamad Sohibul Iman dan Ketua DPP Polhukam Al Muzammil Yusuf. Sementara dari Demokrat hadir Sekjen Teuku Riefky Harsya. Turut hadir pula Sudirman Said sebagai pihak yang mewakili Anies Baswedan.
“Ada beberapa hal penting yang dibahas dalam pertemuan tersebut, seperti kriteria pasangan bakal calon wakil presiden yang cocok mendampingi Anies Baswedan,” ujar Willy.
Pertemuan tersebut juga membahas platform dan desain pemerintahan yang ideal di periode mendatang jika calon presiden mereka terpilih. Selain pasangan calon, platform, dan desain pemerintahan, Willy mengatakan ke-3 partai juga menggodok strategi pemenangan yang efektif.
“Yang tidak kalah penting adalah masalah timing atau waktu yang tepat untuk meresmikan dan mendeklarasikan koalisi, serta pasangan capres-cawapres yang akan diusung. Ini yang terus kita matangkan, yang juga dapat membawa semangat perubahan, mendapat dukungan publik, dan menambah peluang kemenangan di Pilpres 2024,” tutup Willy.
3 Poros Berbeda
Mundur pada 5 tahun lalu, saat Pilgub DKI Jakarta 2017, ke-3 partai pengusung Koalisi Perubahan berada di 3 poros berbeda. Ketiganya beradu argumen hingga strategi 5 tahun lalu untuk memperebutkan kursi DKI 1.
PKS mengusung pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno bersama Partai Gerindra. Ketum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhyono (AHY), juga berlaga di Pilgub DKI Jakarta 2017 didampingi Sylviana Murni. Agus-Sylviana diusung oleh Demokrat, PPP, PAN, dan PKB. Pasangan ini terhenti di putaran pertama karena hanya meraup suara 937.955 atau 17,06%.
Sementara itu, Partai Nasdem pada Pilgub DKI Jakarta 2017 mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat. Nasdem mendukung pasangan Ahok-Djarot bersama PDIP, Golkar, dan Hanura. Pasangan ini lanjut ke putaran kedua. Ahok-Djarot kalah head to head melawan Anies-Sandiaga yang lebih disukai warga DKI.
Koalisi di Pilpres 2024 *
1. Koalisi Nasionalis-Religius
Pengusung: Partai Gerindra, PKB
2. Koalisi Indonesia Bangkit
Pengusung: Partai Golkar, PAN, PPP
3. Koalisi Perubahan
Pengusung: Nasdem, Partai Demokrat, PKS
*) PDIP belum/tidak berkoalisi karena bisa mengusung Capres sendiri.
