KESRA

DPKP Kotawaringin Timur Nyatakan Hasil Uji Lab Sampel Babi Negatif ASF

KABAR KALIMANTAN1, Sampit – Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (Kalteng), membeberkan hasil uji laboratorium sampel babi dari Kecamatan Telawang terbukti negatif virus demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF).

“Hasil uji sampel babi sudah keluar dan dinyatakan negatif ASF. Namun jika dilihat dari gejala klinis memungkinkan kalau kematian babi di Telawang itu disebabkan ASF,” kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DPKP Kotawaringin Timur Endrayatno di Sampit, Rabu (22/5).

Akhir Maret 2024 sejumlah peternak babi di Desa Kenyala, Kecamatan Telawang, resah dengan kematian puluhan ekor babi secara mendadak. Akibatnya peternak mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah

DPKP Kotawaringin Timur pun segera menurunkan tim guna melakukan investigasi penyebab kematian puluhan babi tersebut. Diduga kuat babi-babi tersebut mati akibat virus ASF. Namun setelah dilakukan pengambilan sampel dan uji laboratorium hasilnya dinyatakan negatif ASF.

Hasil yang sama ditunjukkan ketika dilakukan pengujian virus Classical Swine Fever (CSF) atau kolera babi. Kendati demikian, menurut Endra, dugaan penyebab kematian puluhan babi di Telawang memang akibat virus ASF jika dilihat dari gejala klinis yang ditunjukkan yakni demam tinggi dan pendarahan.

Sementara hasil uji laboratorium sampel babi yang menunjukkan negatif ASF dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain saat pengambilan sampel atau swab virus tersebut tidak terbawa karena jumlah virus di tubuh babi yang diambil sampelnya sedikit.

“Kemungkinan hasil laboratorium negatif, sebab sampel yang kami ambil sedikit sekitar 4-5 sampel saja. Karena saat tim kami tiba di lokasi sebagian besar babi yang mati sudah dikubur, jadi tim kesulitan mencari sampel,” jelasnya.

Faktor lain yang menyebabkan hasil uji sampel negatif, kata dia, adanya kerusakan sampel atau terganggunya rantai dingin saat transportasi sampel via darat ke laboratorium yang berada di Balai Veteriner Banjarbaru. Virus pada sampel hewan bisa rusak jika terpapar matahari.

Ia melanjutkan kuatnya dugaan penyebab kematian puluhan babi di Telawang baru-baru ini akibat ASF lantaran dulu virus tersebut pernah menyerang peternakan babi di Kotawaringin Timur, meskipun kasus kala itu sudah ditangani.

Oleh sebab itu,walau hasil uji laboratorium dinyatakan negatif ASF, DPKP Kotawaringin Timur tetap mengambil tindakan sesuai prosedur penanganan ASF, antara lain peternakan atau kandang yang hewannya terkena ASF harus di desinfeksi untuk membunuh sisa virus yang tertinggal. Kemudian setelah 45 hari baru boleh memasukkan babi lagi.

Selanjutnya babi yang terkena ASF tidak boleh bersentuhan dengan babi sehat karena dapat terjadi penularan penyakit. Hal yang sama berlaku untuk peternak atau manusia. Meskipun virus ASF tidak berpengaruh kepada manusia, tapi manusia bisa menjadi carrier dari virus tersebut.

“Antar-peternak sebaiknya tidak saling berkunjung, karena virus itu bisa menempel di pakaian dan lain-lain. Walaupun yang utama itu disinfeksi untuk pencegahan, karena belum ada vaksin untuk virus itu,” terangnya.

Endra berharap dengan tata cara pengendaliannya tetap sesuai prosedur penanganan ASF kedepannya tidak ada lagi ternak babi di Kotawaringin Timur yang terserang virus tersebut, sebab sangat merugikan peternak.

Virus ini efeknya terbilang cepat, kata dia, dalam waktu tiga hingga empat hari babi yang terkena virus bisa mati. Kendati di beberapa kasus ada babi yang bisa bertahan hingga dua pekan.

 

 

Sumber: ANTARA

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top
error: Content is protected !!