Dosen ULM Bangun Orchidarium Khas Hutan Meratus di Taman Biodiversitas

KABARKALIMANTAN1, Banjarbaru – Dosen Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Dr. Amalia Rezeki membangun orchidarium khas hutan Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan di Taman Biodiversitas pada hutan hujan tropis di Lembah Bukit Manjai, Mandiangin, Kabupaten Banjar.

“Kawasan alam dibuat menyerupai habitat asli tumbuhan anggrek spesies khas hutan Meratus,” kata Amel, sapaan akrab Amalia Rezeki di Banjarbaru, Minggu (7/12/2025).

Dosen Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ULM ini menjelaskan tanaman anggrek yang dibudidayakan antara lain anggrek raksasa (Grammatophyllum speciosum), anggrek hitam (Coelogyne pandurata lindl), anggrek vanda Kalimantan (Vanda dearei) dan anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis).

Sebagai kawasan koleksi anggrek, taman ini dijadikan area konservasi dari tanaman anggrek alam yang berfungsi sebagai area penelitian dan pengembangan anggrek serta wisata minat khusus.

Amel mengungkapkan kawasan orchidarium juga dilengkapi greenhouse berisi bibit-bibit anggrek yang pembangunannya didukung manajemen Bandara Internasional Syamsudin Noor.

Selain itu, ada pondok riset, gazebo dan menara pantau sederhana untuk menunjang sarana riset dan konservasi termasuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung.

Amel pun memberi nama Orchidarium Garden Silfrentine Magdalena Catootje sebagai Taman Tematik Anggrek Alam Meratus di Taman Biodiversitas.

Nama Silfrentine Magdalena Catootje diambil dari nama ibunda tercinta Ferry F. Hoesain sebagai penghargaan atas jasanya selaku pendiri Taman Biodiversitas di hutan hujan tropis Lembah Bukit Manjai.

Ferry juga tokoh perintis peranggrekan Kalimantan Selatan versi Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Kalimantan Selatan.

Silfrentine Magdalena Catootje yang untuk pertama kalinya memperkenalkan anggrek kepada Ferry pada tahun 1972.

“Ibundanya memberikan anggrek bulan yang saat itu Ferry masih berusia sekitar 10 tahun yang akhirnya Ferry menyukai bunga anggrek hingga sekarang,” ungkap Amel, peraih Kalpataru 2022 sebagai Penyelamat Lingkungan dari Pemerintah Republik Indonesia.

Ramadhan Jayusman selaku Kepala Pengelola Taman Biodiversitas menambahkan, Taman Biodiversitas merupakan suatu kawasan penyangga sumber daya alam hayati lokal di luar kawasan hutan yang mempunyai fungsi konservasi.

Taman Biodiversitas ini merupakan upaya untuk menyelamatkan berbagai spesies tumbuhan lokal yang memiliki tingkat ancaman tinggi terhadap kelestariannya atau ancaman yang mengakibatkan kepunahan.

 

 

 

 

 

Sumber : ANTARA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *