Dokter di Pulang Pisau Wajib Paham Menata Laksana Kasus Stunting

KABAR KALIMANTAN1, Pulang Pisau – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, dr Pande Putu Gina mengatakan bahwa setiap dokter di kabupaten setempat wajib memahami dan mampu menata laksana kasus stunting.

“Bagaimana setiap dokter bisa memberikan penanganan yang baik apabila menemukan kasus stunting sampai bisa mengejar tumbuh dan berkembangnya,” kata Pande di Pulang Pisau, Selasa (6/8).

Pelatihan tata laksana mencegah stunting bagi para dokter umum dan ahli gizi di kabupaten setempat yang dilaksanakan Dinas Kesehatan, terang Pande, juga melatih para dokter untuk bisa mendeteksi dini kasus stunting.

Contohnya apabila perkembangan anak tidak naik dalam berat maupun tinggi badan, maka para dokter harus bisa mendeteksi pengaruh apa yang melatarbelakangi itu dan mengetahui apakah ada penyakit penyerta dalam kondisi tersebut.

Dinas Kesehatan setempat, kata Pande, juga melatih tenaga gizi untuk dipersiapkan menjadi tenaga spesialis khusus nutrisi.

“Tenaga ahli gizi ini yang diharapkan mampu mengolah dan menyajikan menu-menu yang memenuhi gizi seimbang dengan memanfaatkan bahan pangan lokal untuk mengatasi stunting,” kata dia.

Penjabat Bupati Pulang Pisau Nunu Andriani meminta peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan yang dilaksanakan Dinas Kesehatan bagi dokter umum dan ahli gizi ini harus bisa meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di puskesmas-puskesmas yang membawahi posyandu yang ada di desa dan kelurahan.

“Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan terlebih dahulu selanjutnya melakukan intervensi kepada keluarga berisiko stunting,” ucapnya.

Nunu mengingatkan tenaga kesehatan berperan sangat besar karena menjadi garda terdepan pada fasilitas pelayanan kesehatan dalam menanggulangi stunting.

Selain bertugas melakukan deteksi dini dan penanganan pasien dengan indikasi stunting, mereka juga berperan dalam proses monitoring pasien dan menentukan keberhasilan penanganannya.

“Tenaga gizi puskesmas berperan dalam memastikan semua balita terpantau tumbuh kembangnya, edukasi gizi kepada ibu dan keluarga serta menyiapkan menu menu makanan dalam mengatasi permasalahan gizi agar anak dapat tumbuh kembang secara optimal,” katanya.

Hasil audit kasus stunting, kata Nunu, mengungkap beberapa faktor penyebab stunting, di antaranya tidak memberikan ASI eksklusif, imunisasi yang tidak lengkap, MP ASI yang tidak adekuat, sanitasi lingkungan yang kurang sehat, termasuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam keluarga yang masih kurang.

 

 

Sumber: ANTARA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *