Demo Mawar Mahsa Amini Tewaskan 150 Jiwa, Iran-Sekutu Perang Kata

KABARKALIMANTAN1, Teheran – Situasi ibukota Iran, Teheran, masih diwarnai demonstrasi atas kematian Mahsa Amini (22) yang ditangkap oleh Polisi Moral Iran (13/9) karena melanggar aturan hijab yang berlaku. Ia sehat saat masuk sel, tapi selama 2 hari ia koma, lalu meninggal esoknya (16/9).

Pihak rumah sakit sempat merilis hasil visum di Instagram dengan menyebutkan luka-luka akibat benda tumpul yang membuat kepalanya retak, dan memar di sekujur tubuh. Namun postingan itu lantas dihapus, lalu polisi menyatakan jika Mahsa Amini meninggal karena sakit.

Situasi ini memicu demo besar-besaran di 16 kota selain Teheran, yang diikuti mayoritas wanita, meski tak sedikit pria ikut di dalamnya. Beberapa siswi dan aktivis wanita dalam dan luar negeri, ramai-ramai mencukur rambut mereka sebagai bentuk solidaritas terhadap Mahsa Amini.

 

Polisi merespons demo bertajuk “Operasi Mawar” dengan kekerasan yang makin meluas. Tragisnya, sekitar 150 pendemo tewas saat berhadapan dengan polisi Iran yang represif. Pemerintah Iran memang berniat mengusut kasus itu, namun dinilai tak seimbang.

“Mereka tampak agresif mengusut perusakan yang dilakukan para pendemo, dan hanya basa-basi dalam mengusut polisi yang telah menewaskan Mahsa Amini. Itu omong kosong,” ujar seorang pendemo asal Prancis kepada Reuters.

Tinggalkan Iran

Pemerintah Prancis bahkan mendesak warga negaranya untuk meninggalkan Iran. “Setiap warga Prancis, termasuk warga negara ganda Prancis-Iran, menghadapi risiko tinggi penangkapan serta penahanan sewenang-wenang, dan pengadilan yang tidak adil di Iran,” kata kementerian luar negeri Prancis di situsnya.

Hal ini mengacu pada penangkapan Cecile Kohler dan pasangannya Jacques Paris. Mereka adalah 2 warga negara Prancis yang dituduh sebagai mata-mata Barat, serta mengobarkan ketidakamanan di Iran. Prancis mengutuk penangkapan mereka dan menuntut pembebasan segera Cecile Kohler dan Jacques Paris.

Media pemerintah Iran sering mengudarakan pengakuan paksaan oleh tersangka. “Saya Cecile Kohler, saya seorang agen intelijen dan operasi di DGSE (Direktorat Jenderal Keamanan Eksternal). Kami berada di Iran untuk mempersiapkan revolusi dan penggulingan rezim Islam Iran,” kata Kohler dalam video, sambil mengenakan jilbab, merujuk pada dinas intelijen eksternal Prancis.

Video tersebut memicu kemarahan di Paris ,dengan juru bicara kementerian luar negeri Anne-Claire Legendre yang mengatakan untuk pertama kalinya warganya jadi “sandera negara”.

“Pengakuan yang diambil di bawah paksaan ini tidak memiliki dasar, juga tidak ada alasan yang diberikan untuk penangkapan sewenang-wenang mereka. Ini bertentangan dengan hukum internasional, sebuah penghinaan terhadap martabat manusia yang menjadi ciri otoritas Iran,” kata Legendre.

TV pemerintah mengatakan pasangan Prancis itu telah memasuki Iran dengan membawa uang yang diduga untuk mendanai pemogokan dan demonstrasi.
Menteri Luar Negeri Prancis, Catherine Colonna, pekan lalu memanggil diplomat Iran di Paris. Uni Eropa didorong menjatuhkan sanksi pada Teheran.

AS Munafik

Sejauh ini, 4 warga negara Prancis dipenjara di Iran, bersama 9 orang Eropa yang telah ditangkap selama kerusuhan. Presiden AS, Joe Biden ikut bereaksi. “AS akan bersama para perempuan Iran dan dimana saja yang menyuarakan Hak Asasi Manusia. Kami akan selalu mendukung mereka melawan pemerintahan tiran,” ujar Joe Biden.

Perang kata-kata pun tak terhindarkan. “Akan lebih baik bagi Tuan Joe Biden untuk memikirkan sedikit soal rekam jejak HAM di negaranya sendiri sebelum bicara soal HAM negara lain. Kemunafikan kadang tak perlu dipikirkan menyeluruh,” sindir juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani, dalam pernyataan via Instagram.

Sedangkan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei, balik menyalahkan negara-negara Barat atas demonstrasi besar-besaran yang terjadi di negerinya, dipicu kematian Mahsa Amini.

“Kematian Amini membuat hati semua orang di Iran terbakar. Namun, reaksi yang muncul atas peristiwa ini dia anggap tidak biasa dan normal. Di Iran, pejabat 3 lembaga tinggi negara telah menyampaikan belasungkawa, dan Mahkamah Agung Iran sudah berjanji untuk mengusut kasus ini sampai akhir,” kata Khamenei dalam keterangan tertulis yang dibagikan Kedutaan Besar Iran di Jakarta, Jumat (7/10).

Ayatullah Khamenei menyebut kekacauan di Iran akan selalu terjadi. Jika tidak ada kematian Amini, dalih lain akan diciptakan oleh AS dan sekutunya. Ia juga menuduh beberapa orang yang turun ke jalan adalah sisa-sisa oknum pernah dipukul Pemerintah Iran seperti kelompok teroris MKO, kelompok separatis, kelompok monarki, dan keluarga dinas intelijen Shah Iran yaitu Savak.

Pengunjuk rasa menuntut ada pergantian sistem di Republik Islam Iran, yang didirikan pada 1979.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *