KABARKALIMANTAN1, Sampit – Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Halikinnor mengatakan pabrik pengolahan limbah medis pertama di Provinsi Kalimantan Tengah yang dibangun di Sampit membantu mengatasi permasalahan limbah medis di daerah setempat.
“Harapan kita, akhir 2023 pabrik limbah medis ini sudah operasional sehingga bisa mengatasi permasalahan limbah medis sekaligus membawa pemasukan bagi Pendapatan Asli Daerah bagi Kotawaringin Timur,” kata Halikinnor di Sampit, Selasa (11/7).
Dia mengatakan, limbah medis bahan berbahaya dan beracun (B3) harus mampu dikelola dengan benar agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat.
Limbah B3 dimaksud, di antaranya masker bekas, sarung tangan bekas, perban bekas, plastik bekas minuman dan makanan, cotton bud swab, alat suntik bekas, set infus bekas, alat pelindung diri bekas, sisa makanan pasien dan lainnya yang dihasilkan dari kegiatan medis.
Untuk itu, pihaknya bersama BUMD PT Hapakat Betang Mandiri dengan PT Bumiresik Nusantara Raya melaksanakan penandatanganan perjanjian kerja sama fasilitasi pengelolaan limbah B3 medis di Kotawaringin Timur.
Halikinnor menyebutkan, selama ini Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur mengeluarkan biaya sekitar Rp2 miliar untuk penanganan limbah medis di rumah sakit dan puskesmas di daerah ini.
“Untuk itu diharap kehadiran pabrik tersebut nantinya dapat menekan anggaran pengolahan limbah medis, sekaligus dapat menambah pendapatan daerah,” terangnya.
Pembangunan pabrik pengolahan limbah medis dan B3 juga dapat menjangkau seluruh limbah medis di Kalteng, mengingat potensi bahan baku pabrik didapatkan dari limbah rumah sakit dan lainnya.
Maka segala hal yang berkaitan dengan pembangunan pabrik baik itu anggaran, perizinan dan yang lain dapat dikelola dengan baik antara PT Hapakat Betang Mandiri dan organisasi perangkat daerah terkait, sehingga percepatan pembangunan pabrik dapat dilakukan sesuai rencana waktu yang tertuang dalam perjanjian yang ditandatangani.
Lebih lanjut disampaikannya, pabrik ini nantinya diharap bukan hanya mengolah limbah medis dan B3, tetapi juga mengolah limbah nonmedis.
“Ini diharap menjadi solusi kondisi menumpuknya sampah di tempat pembuangan akhir yang lokasinya juga sama dengan lokasi pabrik tersebut,” jelasnya.
Sementara itu Direktur PT Bumi Resik Nusantara Raya Djaka Winarso mengatakan, selama ini pengolahan limbah medis di Kalimantan Tengah termasuk Kotawaringin Timur harus dikirim ke luar Kalimantan Tengah sehingga jauh dan biayanya mahal.
“Potensinya limbah medis rumah sakit dan puskesmas milik pemerintah daerah saja minimal 6 sampai 12 ton dalam satu hari, belum termasuk yang swasta dan potensi lainnya. Makanya tahap awal kita bangun dengan kapasitas tiga sampai enam ton. Tahap kedua 12 ton per hari. Sambil kita melihat perkembangan,” demikian Djaka Winarso. (ANT)