KABAR KALIMANTAN1, Jakarta – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kalimantan Tengah (Kalteng) memperkirakan inflasi di provinsi setempat secara keseluruhan pada 2024 dalam kondisi terkendali, yaitu berada di rentang 2,5 persen plus minus 1 persen.
Perkiraan itu disampaikan Kepala BI Perwakilan Kalteng Yuliansah Andrias saat diseminasi perekonomian dengan tema “Central Borneo Economic’s Revival: Mendorong hilirisasi berbasis sumber daya alam melalui kebijakan pembiayaan”, Palangka Raya, Kamis (15/8).
“Kami memperkirakan itu karena optimalisasi peran TPID melalui berbagai kegiatan pengendalian inflasi,” ucapnya.
Adapun kegiatan TPID yang dimaksud, adalah rapat koordinasi, inspeksi mendadak (sidak) terhadap sejumlah pusat perbelanjaan tradisional maupun modern, rutin mengadakan pasar murah, kebijakan impor bahan pangan serta perluasan kerjasama antar daerah.
“Sinergi program GNPIP (gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan) untuk penguatan ketahanan pangan melalui pengembangan komoditas ungggulan seperti IR42 dan program digital farmin, pun semakin menguat,” beber Yuliansah.
Namun demikian dia mengakui, risiko peningkatan harga komoditas energi karena ketidakpastian global akibat berlanjutnya tensi geopolitik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina, tetap perlu menjadi perhatian lebih lebih lanjut.
Ditambah lagi, adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), khususnya jenis non subsidi pada 2 Agustus 2024 yang meliputi pertamax turbo, pertamax green 95, dexlite dan pertamina dex. Transmisi kenaikan harga BBM lebih lanjut, akan berdampak pada kenaikan biaya angkut komoditas terkait.
“Kondisi itu tentunya menjadi perhatian kami bersama seluruh pihak yang tergabung di dalam Tim Penanggulangan Inflasi Daerah (TPID) Kalteng,” kata Yuliansah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi y-on-y di Provinsi Kalimantan Tengah hingga Juli 2024 sebesar 1,28 persen. Sedangkan month-to-month (m-to-m) di Provinsi Kalimantan Tengah pada Juli 2024 terjadi deflasi sebesar 0,68 persen, dan tingkat inflasi year-to-date (y-to-d) Juli 2024 sebesar 0,37 persen.
Sumber: ANTARA