KABARKALIMANTAN1, Pulang Pisau – Anggota Komisi III DPRD Kalimantan Tengah, Nyelong Inga Simon, menegaskan bahwa reses perseorangan masa persidangan pertama kali ini difokuskan pada empat program besar pemerintah yang perlu evaluasi menyeluruh: program tanam cabai bebas inflasi, penanganan stunting, matrikulasi pemuda, serta pola asuh keluarga.
“Keempat poin tersebut merupakan lanjutan dari reses sebelumnya yang kini diperdalam melalui pendataan lapangan, penguatan jejaring, serta evaluasi langsung terhadap implementasinya,” kata Nyelong di Pulang Pisau, Jumat (7/11/2025).
Ia menjelaskan bahwa dalam reses tahap ketiga ini, pendataan menjadi fokus utama, terutama terkait distribusi cabai dalam program pengendalian inflasi serta pendataan program stop stunting yang telah disosialisasikan pada masa reses sebelumnya. Pendataan kelembagaan dari reses pertama juga kembali dipetakan.
“Data distribusi cabai untuk program bebas inflasi dan stop stunting menjadi penting untuk melihat efektivitas program,” ujar Nyelong.
Pendataan kali ini menargetkan 5.000 Kartu Keluarga di Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau. Khusus Pulang Pisau, targetnya mencapai 5.250 keluarga, di mana bibit cabai varietas Taji Manuk Jagau telah mulai disebar sebagai bagian dari dukungan terhadap ketahanan pangan dan pengendalian inflasi.
Menurutnya, pendekatan menanam minimal 10 batang cabai per keluarga dapat berdampak langsung pada penghematan pengeluaran rumah tangga dan bahkan membuka peluang pendapatan tambahan.
“Cabai jenis Taji Manuk Jagau ini bisa produktif sampai lima tahun. Jadi selain menghemat, masyarakat juga bisa menjual hasil panen untuk menambah pemasukan,” jelasnya.
Nyelong mengatakan, peningkatan ekonomi keluarga melalui program sederhana seperti ini juga berkontribusi dalam menekan stunting, karena kesejahteraan yang meningkat berdampak pada pemenuhan gizi anak.
Ia juga melakukan penelusuran keluarga prasejahtera yang belum memiliki anggota keluarga bergelar sarjana sebagai salah satu indikator peningkatan kualitas pendidikan rumah tangga.
“Data keluarga prasejahtera tanpa sarjana penting untuk penataan program pendidikan rumah tangga ke depan,” katanya.
Selain program ketahanan pangan dan kesehatan, reses ini juga memetakan kondisi pemuda usia 15–35 tahun yang rentan terhadap penyalahgunaan teknologi, kurang tidur, judi online, hingga penyalahgunaan obat.
“Kami mendata anak muda yang energinya besar tetapi kadang tersalurkan ke hal negatif seperti terlalu lama bermain gadget atau terjerumus aktivitas merugikan,” tegasnya.
Pendataan ini akan menjadi dasar penyusunan langkah matrikulasi yang melibatkan kegiatan olahraga, pelatihan komunikasi, serta penguatan ekonomi produktif bagi generasi muda.
“Tujuannya agar pemuda memiliki kepercayaan diri dan mampu menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Lembaga Perempuan Dayak Kabupaten Pulang Pisau, Andriani, menyampaikan bahwa kegiatan pendampingan ini merupakan tindak lanjut dari reses sebelumnya yang diikuti dengan penyerahan bibit cabai untuk kelompok perempuan dan PKK.
“Kami ingin melihat progres terbaru sebagai persiapan menghadapi agenda besar akhir tahun,” kata Andriani.
Ia menjelaskan bahwa hasil dari program penanaman cabai ini akan terhubung dengan kegiatan pesta rakyat, yang juga akan menampilkan pertunjukan budaya dan kuliner khas Dayak seperti Panginan Sukup Simpan, simbol kebersamaan dalam satu sajian.
Selain itu, Lembaga Perempuan Dayak juga menyiapkan Lomba Goyang Borneo, seni gerak tradisional yang memadukan unsur tari dan olahraga.
“Kegiatan ini menjadi ruang aktualisasi serta pelestarian budaya Dayak, terutama bagi perempuan generasi muda,” jelasnya.
Andriani menegaskan bahwa perempuan Dayak memiliki peran sentral dalam menjaga budaya sekaligus penggerak ketahanan pangan keluarga.
“Menanam cabai bukan hanya soal bertani, tetapi bagian dari kemandirian rumah tangga dan identitas masyarakat. Perempuan adalah tiangnya,” tutupnya.




