BMKG Kotim Prakirakan Terjadi Pergeseran Awal Musim Kemarau

KABAR KALIMANTAN1, Sampit – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah memprakirakan terjadinya pergeseran awal musim kemarau akibat pengaruh bibit siklon.

“Pada dasarian III Mei kemarin, curah hujan masih di atas 50 milimeter, sehingga kemungkinan untuk awal musim kemarau bergeser sedikit,” kata Kepala BMKG Kotim Mulyono Leo Nardo di Sampit, Kamis (12/6).

Sebelumnya, Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit memprakirakan curah hujan berangsur-angsur menurun pada dasarian III Mei, kemudian pada dasarian II Juni wilayah selatan Kotim akan memasuki musim kemarau.

Namun Mulyono menyebut hasil pantauan pihaknya pada dasarian III Mei, curah hujan di wilayah Kotim rata-rata masih di atas 50 milimeter yang termasuk dalam kategori hujan lebat.

Kondisi ini bahkan masih terlihat dalam beberapa hari terakhir. Berdasarkan analisa pihaknya, hal ini dipengaruhi adanya fenomena bibit siklon di wilayah utara Pulau Kalimantan.

Secara umum bibit siklon adalah awal mula terbentuknya siklon tropis berupa badai besar yang bisa menyebabkan angin kencang, hujan deras, dan gelombang tinggi di laut. Bibit siklon ini terbentuk di daerah laut yang hangat, seperti di sekitar Indonesia.

“Ada yang namanya bibit siklon di wilayah utara Kalimantan, sehingga kondisi tersebut mempengaruhi cuaca di wilayah Kalimantan, termasuk Kalimantan Tengah. Keberadaan bibit siklon ini akan membentuk pertumbuhan awan hujan yang cukup signifikan,” ujarnya.

Kendati demikian pihaknya tidak dapat memprediksi berapa lama kondisi ini berlangsung. Pada rapat penyusunan dokumen kontinjensi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di BPBD Kotim, pihaknya meminta seluruh pemangku kepentingan agar tetap mewaspadai awal musim kemarau di dasarian II Juni 2025.

Hal ini bertujuan agar setiap pemangku kepentingan dapat melakukan persiapan dan upaya pencegahan sejak dini terhadap potensi karhutla yang meningkat pada musim kemarau.

“Kami tetap mewaspadai pada dasarian II Juni sudah masuk musim kemarau untuk wilayah selatan termasuk Kota Sampit, kemudian untuk wilayah tengah secara bertahap pada dasarian III Juni, seperti Kecamatan Parenggean dan sekitarnya,” ujar Mulyono.

Ia menambahkan saat ini Kotim masih dalam fase pancaroba, tepatnya masa peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau. Adapun jika mengacu pada prakiraan untuk 2025 awal musim kemarau terjadi pada pertengahan Juni, lalu puncaknya pada Agustus.

 

 

Sumber: ANTARA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *