KABAR KALIMANTAN1, Sampit – Harga rotan mentah di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, mengalami kenaikan cukup signifikan bertepatan selama musim durian di daerah ini.
Pengusaha rotan di Kecamatan Kota Besi, Dahlan Ismail, Rabu (15/1), mengatakan kenaikan harga rotan dengan musim durian saat ini sudah menjadi fenomena tahunan.
“Setiap musim durian, harga rotan di daerah ini biasanya naik,” terangnya.
Sebelumnya harga rotan hanya Rp4.000 per kilogram, dan sekarang naik menjadi Rp4.700 per kilogram. Kenaikan harga ini terjadi selama musim durian.
Saat musim durian, banyak petani memilih menunggu durian jatuh karena dinilai lebih menguntungkan dibanding memanen rotan. Dampaknya, pasokan dan stok rotan dari petani berkurang, sehingga harga naik karena permintaan tetap tinggi.
Menurut Dahlan, kenaikan harga rotan terjadi sejak akhir 2024 dan bertepatan dengan tibanya musim durian. Biasanya harga turun menjelang perayaan Imlek karena permintaan menurun, namun karena saat ini stok berkurang maka harga tetap tinggi.
“Nanti saat musim buah langsat (duku) biasanya akan terjadi fenomena yang sama, harga rotan akan tinggi. Ini tentu menguntungkan petani,” kata Dahlan.
Dahlan mendapat pasokan rotan dari kebunnya sendiri di Kecamatan Kota Besi, serta membeli dari petani rotan di kecamatan itu dan sekitarnya, khususnya Kecamatan Cempaga yang memang dikenal sebagai daerah penghasil rotan di Kotawaringin Timur.
Saat kondisi normal, kata dia, dalam sebulan biasanya bisa mengirim sekitar 50 ton rotan ke Cirebon. Namun saat ini stok rotan menipis sehingga hanya mampu mengirim sekitar 20 ton.
Pria yang sejak dulu dikenal getol memperjuangkan aspirasi petani rotan ini menunjukkan kondisi stok rotan di gudangnya yang sedang kosong. Hal ini menguatkan bahwa harga sedang tinggi lantaran pasokan rotan dari petani berkurang dari biasanya.
Belum bisa dipastikan sampai kapan kenaikan harga ini terjadi. Namun, saat ini mulai memasuki musim panen buah duku sehingga harga rotan diperkirakan masih akan tetap tinggi karena sedikit petani yang mau memanen rotan.
“Fenomena seperti ini terjadi karena memanen durian dan langsat lebih mudah sehingga itu menjadi pilihan warga saat ini. Sementara untuk memanen rotan memerlukan tenaga, waktu dan biaya untuk mengangkutnya,” demikian Dahlan Ismail.
Sumber: ANTARA