KABARKALIMANTAN1, Banjarmasin – Bank Kalimantan Selatan menggelar pelatihan bagi pegawai internal sebagai langkah konkret dan menjamin integritas sumber daya manusia terkait pencegahan tindak korupsi.
Seluruh kepala divisi dan kepala cabang Bank Kalsel se-Kalimantan Selatan mengikuti pelatihan internal pencegahan korupsi yang berpotensi merugikan perusahaan dan pemerintah daerah sebagai pemegang saham.
Direktur Utama Bank Kalsel Fachruddin di Banjarmasin, Jumat (8/12), mengatakan pelatihan tersebut merupakan bagian dari upaya internalisasi, edukasi, dan sosialisasi mengenai bahaya korupsi pada badan usaha terutama Bank Kalsel.
“Pelatihan pencegahan korupsi sebagai wujud budaya kepatuhan anti korupsi pada setiap lapisan organisasi,” kata dia.
Fachruddin mengharapkan para peserta dapat mengikuti pelatihan dengan baik dan mampu mengimplementasikan serta mensosialisasikan materi yang diperoleh kepada staf secara struktural.
Dia berharap kegiatan itu dapat menciptakan budaya kerja yang patuh dan antikorupsi mulai dari tingkat terendah, sehingga semua anggota organisasi turut aktif dalam upaya pencegahan korupsi di lingkungan kerja masing-masing.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK RI) periode 2007-2011 dan Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI periode 2012-2015 Prof. Haryono Umar yang menjadi narasumber, menekankan seorang pegawai harus memiliki integritas dan menanamkan dalam pikiran untuk melawan dan mencegah korupsi pada konteks pekerjaan sektor perbankan.
Dia menjelaskan dalam berpikir, seseorang memiliki otak theta yang bisa terpengaruh lingkungan sekitar, seperti sebuah perusahaan yang mana seorang pimpinan harus membuat pegawai merasa nyaman dengan lingkungan, sehingga bisa bekerja bersih dari korupsi agar memperkuat integritas, dan memastikan setiap pegawai memiliki kesadaran menjaga kepatuhan dan menjauhi tindakan korupsi.
“Dalam diri kita ada yang namanya kepala terdapat otak yang terdiri dari beberapa bagian, ada namanya gelombang beta yang digunakan untuk bekerja, belajar, berdiskusi, dan melaksanakan tugas-tugas, atau bisa disebut otak yang sadar,” ujar Haryono. (ANT)