Setelah Argentina Ernando Ingin Brasil, ET dan Piton Beda Ide

KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Setelah melakoni laga berat kontra Argentina di FIFA Matchday, Senin (19/6) di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, siapa lagi kira-kira timnas yang akan diundang ke Indonesia?

Pertanyaan ini sedang ramai di kalangan netizen. Mereka tampak puas dengan performa tim Garuda meski kalah 0-2. Semua maklum, tim racikan Lionel Scaloni itu berstatus juara Piala Dunia 2022 berperingkat 1 FIFA, sementara kita peringkat 150. Kalah 0-2 pun serasa menang.

Jangankan netizen, kiper Ernando Ari Sutaryadi pun sepertinya ketagihan bertanding dengan bintang-bintang sepak bola dunia. Ernando Ari kini berharap Indonesia bisa melawan tim langganan juara dunia lainnya, Brasil.

Brasil atau Portugal

Satu tahun ke belakang, Timnas Indonesia berhadapan dengan lawan-lawan dengan peringkat FIFA yang bagus. Namun, duel lawan Argentina berada di level yang lain. Ini adalah laga yang spesial bagi para pemain.

“Pertandingan ini dibuat untuk menambah jam terbang, pengalaman, dan mempertebal rasa percaya diri saat melawan pemain-pemain kelas dunia. “Ingin sih lawan yang levelnya seperti Argentina. Saya berharap Brasil,” ucap Ernando Ari dikutip dari situs resmi PSSI.

Pengalaman bakal menjadi modal penting bagi Ernando Ari. Pada usia yang baru 21 tahun, Ernando Ari sudah berhadapan dengan pemain top. Namun, kiper Persebaya itu belum puas dan berharap bisa mendapat lawan tangguh lagi ke depannya.

Sebelumnya, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir (ET), telah berencana untuk mendatangkan raksasa dunia setelah Timnas Indonesia menghadapi Argentina. Ia membidik Brasil sampai Portugal.

“Saya mengalokasikan FIFA Matchday melawan negara besar pada tahun 2024. Saya juga sudah mulai melakukan kontak,” tutur Erick Thohir. “Ada respons positif juga dari Maroko, Brasil, Portugal, dan Rusia. Namun, kita hanya akan memilih satu lawan dalam setiap tahun.”

Netizen berharap Brasil atau Portugal. Brasil karena sarat bintang dunia. Portugal pun sama, tapi ada nilai lebih pada diri Cristiano Ronaldo. Peraih 5 Balon d’Or itu sudah 2 kali datang ke Indonesia. Sedangkan mega bintang Argentina Lionel Messi malah memilih pulang padahal ia main di Cina, 5 hari sebelum Albiceleste tampil di Jakarta.

Di Bawah Argentina

Namun ide itu tak sejalan dengan mantan striker Timnas Indonesia, Budi Sudarsono. Pemain berjuluk Piton itu menilai, akan lebih baik jika tim asuhan Shin Tae-yong ke depannya memilih lawan yang levelnya tidak sekuat Argentina.

Timnas Indonesia memang cuma kalah 0-2 dari Argentina, Senin (19/6/2023) kemarin. Namun, Skuad Garuda terus-menerus ditekan hampir sepanjang laga. Perlawanan keras terjadi di 30 menit akhir babak kedua.

“Sebaiknya pada laga selanjutnya perlu dipikirkan untuk mencari lawan yang kualitasnya tidak terlalu jauh seperti Argentina,” kata Budi yang membela Indonesia di Piala Asia 2007. “Manfaat lebih banyak bisa dipetik lawan negara-negara Asia seperti Jepang atau Korea Selatan,” lanjut Budi, Direktur Teknik Forsgi, akademi yang fokus membina pemain usia muda di 34 provinsi di Indonesia, pimpinan Agus Riyanto.

Budi punya alasan kenapa ia menilai Indonesia lebih membutuhkan lawan yang levelnya tidak terlampau jauh di atas. “Kalau mengejar Argentina dalam waktu dekat, jujur saja sulit. Lebih masuk akal kalau kita mengejar Jepang atau Korea Selatan,” lanjut eks striker Persik, Persebaya, Persija, Persib, dan Sriwijaya FC itu.

“Kalau lawannya tidak sehebat Argentina, permainan Indonesia bisa lebih terlihat. Saat menyerang, bertahan, transisi menyerang ke bertahan dan sebaliknya. Kalau lawannya sekelas Argentina, pemain akan lebih banyak bertahan. Itupun kelabakan, ditekan terus-menerus.”

Perlu Persepsi Dunia

Saran pria pemilik lisensi pelatih A AFC ini ditampung Erick Thohir. “Agar publik juga paham, saya jelaskan tujuan FIFA Matchday bagi kita. Kita cari lawan yang peringkat FIFA-nya lebih baik sekitar 50-100 agar kalau menang, bisa menambah poin. Ada perbaikan peringkat kita,” jelas Erick.

“Kalau lawan tim level utama dunia seperti Argentina, Brasil dan sejenisnya, itu demi membangun persepsi kebangkitan sepak bola Indonesia di mata dunia. Ada kepercayaan dunia. Selain itu memperkuat mental dan menambah pengalaman untuk pemain.”

Sejak Erick Thohir terpilih menjadi Ketua Umum PSSI, Timnas Indonesia di level senior sudah menjalani empat laga uji coba, yaitu vs Burundi peringkat 141 FIFA (skor 3-1, 2-2), vs Palestina 93 FIFA (skor 0-0), dan Argentina peringkat 1 FIFA (skor 0-2).

Di era Mochaman Iriawan, Indonesia 2 kali menghajar Curacao yang memiliki peringkat 84 FIFA, Indonesia saat itu peringkat 155. Di Bogor Indonesia menang 2-1 dan di Bandung menang 3-2. Indonesia lantas mengoreksi peringkat jadi 152.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *