OJK: Indeks Inklusi Keuangan di Kalteng Meningkat

KABARKALIMANTAN1, Palangka Raya – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kalimantan Tengah mencatat indeks inklusi keuangan provinsi setempat mengalami peningkatan berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Edukasi Keuangan pada 2022.

“Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Edukasi Keuangan 2022, tingkat indeks inklusi keuangan Kalimantan Tengah berada di angka 81,30 persen,” kata Kepala OJK Kalteng Otto Fitriandy di Palangka Raya, Kalteng, Rabu (15/2/2023).

Inklusi keuangan merupakan akses masyarakat atau rumah tangga dan bisnis terhadap penggunaan produk dan layanan jasa keuangan yang disediakan lembaga jasa keuangan.

Berdasarkan hasil survei pada 2022 tersebut, lanjut Otto, maka peningkatan inklusi keuangan di Kalteng mencapai 6,5 persen dibandingkan survei pada 2019 yang berada di 74,80 persen.

Kendati memiliki tren yang positif, OJK bersama instansi terkait di Kalimantan Tengah terus berupaya meningkatkan inklusi keuangan masyarakat melalui berbagai program dan kegiatan, terutama dengan lebih menggiatkan sosialisasi dan edukasi.

Terlebih, berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Edukasi Keuangan 2022, tingkat indeks literasi keuangan Kalimantan Tengah adalah sebesar 32,73 persen dan jika dibandingkan hasil survei 2019 maka terdapat penurunan pada tingkat literasi sebesar 3,49 persen.

Kondisi ini membuat kesenjangan yang semakin tinggi antara indeks inklusi dan literasi keuangan yang mencapai sebesar 48,57 persen.

“Bisa diartikan hampir separuh dari masyarakat yang menggunakan layanan jasa keuangan tidak memahami atau inklusivitas produk dan layanan keuangan masyarakat di Kalimantan Tengah belum diiringi pemahaman, kebutuhan, dan keyakinan terhadap produk layanan jasa keuangan yang digunakannya,” paparnya.

Kondisi ini pula yang mendorong OJK Kalimantan Tengah bersama lembaga jasa keuangan lainnya untuk terus memacu kegiatan edukasi kepada masyarakat dari berbagai kalangan, mulai dari aparatur sipil negara, pelaku seni, mahasiswa, karyawan perusahaan perkebunan, serta banyak lainnya.

“Masyarakat perlu memahami karakteristik produk dan layanan jasa keuangan yang mempengaruhi keyakinan untuk menggunakan produk dan layanan jasa keuangan, sehingga nantinya dapat memilih produk keuangan yang tepat dan dibutuhkan,” jelasnya. (ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *